Fisika
klasik adalah fisika yang didasari prinsip-prinsip yang dikembangkan sebelum
bangkitnya teori kuantum, biasanya termasuk teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum. Pendewasaan fisika klasik. bagi pengembangan teori tentang
asal-usul jagat raya ini. Tampaknya pada masa kehidupan Sir Isaac Newton di
abad ke-17 kedua pertanyaan itu belum menjadi amunisi dalam aktualisasinya,
tetapi aktualisasi kreativitasnya lebih dicurahkan pada upaya mengkonstruksi
hukum-hukum tentang gerak berdasarkan dokumen tertulis dari Galileo dan
Keppler. Pernyataan bagi realitas gerak suatu benda memerlukan dimensi ruang
dan waktu, yaitu berapa lama waktu yang diperlukan benda tersebut untuk
menempuh suatu jarak perpindahan tempat. Walaupun sudah terbiasa dengan gejala
fisis seperti itu, tetapi dapat saja timbul pertanyaan mana yang lebih dulu
harus dikonsepkan: [1] apakah benda harus terlebih dahulu tercipta, kemudian
disediakan ruang dan waktu ? [2] ataukah ruang dan waktu terlebih dahulu
tercipta kemudian benda ditempatkan di dalamnya ?. Pertanyaan ini pada awal
abad ke-20. Dalam mekanika klasik dimana besaran amplitudo tidak terbatas
(kontinu) dan perilaku materi serta energi pada skala makro dengan kecepatan
yang masih dapat dijangkau oleh indera. Fisika
modern merupakan salah satu bagian dari ilmu Fisika yang mempelajari perilaku
materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau gelombang.
Pada prinsipnya sama seperti dalam fisika klasik, namun materi yang dibahas
dalam fisika modern adalah skala atomik atau subatomik dan partikel bergerak dalam
kecepatan tinggi. Untuk partikel yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama
dengan kecepatan cahaya, perilakunya dibahas secara terpisah dalam teori relativitas
khusus. Ilmu Fisika Modern dikembangkan pada awal abad 20, dimana perumusan-perumusan
dalam Fisika Klasik tidak lagi mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi
pada materi yang sangat kecil. Fisika Modern diawali oleh hipotesa Planck yang
menyatakan bahwa besaran energi suatu benda yang beosilasi(osilator) tidak lagi
bersifat kontinu, namun bersifat diskrit (kuanta), sehingga muncullah istilah
Fisika Kuantum dan ditemukannya konsep dualisme partikel-gelombang. Konsep dualisme
dan besaran kuanta ini merupakan dasar dari Fisika Modern. Dalam hal ini
dibahas konsep, hipotesa dan eksperimen yang menjadikan landasan pengembangan
fisika modern serta penerapan fisika modern, dalam berbagai bidang seperti
kedokteran, telekomikasi, dan industri.
KONSEP FISIKA MODERN
Fisika Modern secara umum dibagi menjadi dua bagian
pembahasan yaitu Teori kuantum lama dan Teori Kuantum Modern. Teori Kuantum
lama memperkenalkan besaran-besaran fisika, seperti energi merupakan
besaran diskrit bukan besaran kontinu seperti halnya dibahas dalam mekanika klasik. Teori
kuantum lama diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan bahwa energi yang dipancarkan
oleh sumber (berupa osilator) bersifat kuanta/diskrit karena hanya bergantung pada
frekuensinya bukan pada amplitudo seperti dalam mekanika klasik dimana besaran
amplitudo tidak terbatas (kontinu). Pada tahun 1900 Max-Planck merumuskan besaran energi yang
bersifat diskrit dalam merumuskan energi yang dipancarkan oleh benda hitam
yaitu :
E =nhf
dimana n = 1, 2, 3, ... dan h = 6,626
x 10-34 Joule/detik (konstanta Planck).
Albert Einstein pada tahun 1905 menggunakan
konstanta Planck dalam merumuskan energi yang dipancarkan oleh berkas
cahaya/foton (penemuan efek fotolistrik). Konsep yang paling mendasar dalam fisika modern
adalah konsep dualisme Partikel(materi) dan gelombang, dimana partikel
berperilaku sebagai gelombang dan gelombang berperilaku sebagai partikel. Konsep ini sangat
penting karena perilaku partikel dan gelombang semuanya sudah dipelajari dan diamati di
fisika klasik. Konsep dualisme partikel-gelombang ini diamati oleh 2(dua)
eksperimen yaitu efek fotolistrik oleh Albert Einstein dan eksperimen difraksi partikel/elektron
oleh G.P. Thomson dan Davison Germer.
0 komentar:
Posting Komentar